Hasil karya tulis mahasiswa FT pemenang lomba FAKULTAS TEKNIK MENULIS 2013
Berikut info pemenang :
JUARA I :
DEVI PUTRI TRISNAWATI / 5203013041
dengan topik “Alih Fungsi Lahan”
JUARA II : PANDYAPRATITA PUTRA / 5103013019
dengan topik “Kenaikan Harga
Bahan Pangan”
JUARA III : CHRISTIAN JULIUS WIJAYA / 5203013010
dengan topik “Ketersediaan Air Bersih”
Berikut hasil karya tulis dari ketiga pemenang :
Pengaruh
Alih Fungsi Lahan Terhadap Analisis Dampak Lingkungan dan Ketahanan Pangan di Indonesia
Lahan menjadi salah
satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan adalah sebagai
tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan
lahan yang semakin meningkat oleh manusia, seperti untuk tempat tinggal, tempat
melakukan usaha, pemenuhan akses umum dan fasilitas lain akan menyebabkan lahan
yang tersedia semakin menyempit. Timbulnya permasalahan penurunan kualitas lingkungan
nantinya akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Hal tersebut dikarenakan
penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kemampuan lahan, daya dukung dan
bentuk peruntukannya.
Lahan selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan
lahan. Perubahan tersebut dikarenakan memanfaatkan lahan untuk kepentingan
hidup manusia. Kebutuhan akan lahan non pertanian cenderung terus mengalami
peningkatan, seiring pertumbuhan dan perkembangan peradaban manusia, maka
penguasaan dan penggunaan lahan mulai beralih fungsi.
Alih fungsi lahan
pertanian yang tidak terkendali apabila tidak ditanggulangi dapat mendatangkan
permasalahan yang serius, antara lain dapat mengancam kapasitas penyediaan
pangan. Kecenderungan terus meningkatnya kebutuhan akan lahan ini menyebabkan
alih fungsi lahan pertanian sulit untuk dihindari.
Pembangunan fisik yang
sedang giat-giatnya dilakukan di Indonesia saat ini, bila ditinjau dari satu
sisi dapat memberikan suatu gambaran adanya suatu peningkatan kesejaahteraan
masyarakat dari segi ekonomi. Tetapi konsekuensi dari pembangunan tersebut
adalah dibutuhkannya sejumlah luas lahan tertentu untuk tempat pembangunan
fisik tersebut.
Belakangan ini banyak
disoroti bahwa semakin luasnya lahan pertanian produktif yang telah berubah
menjadi tempat berdirinya bangunan-bangunan fisik atau sarana dan prasarana
seperti infrastruktur.
Permasalahan yang ditimbulkan oleh akibat pergeseran atau mutasi lahan pertanian ke non pertanian tidak hanya ditinjau dari dampak yang ditimbulkan terhadap produksi padi saja, tetapi perlu dilihat dalam
perspektif yang lebih luas. Dampak yang lebih luas tersebut termasuk
pengaruhnya terhadap kesetabilan politik yang diakibatkan oleh kerawanan
pangan, perubahan sosial yang merugikan, menurunnya kualitas lingkungan hidup
terutama yang menyangkut sumbangan fungsi lahan pertanian kepada konservasi tanah dan air untuk menjamin
kehidupan masyarakat dimasa depan.
Dampak dari kehilangan lahan pertanian produktif adalah kehilangan hasil
pertanian secara permanen, sehingga apabila kondisi ini tidak terkendali maka
dipastikan kelangsungan dan peningkatan produksi pangan akan terus berkurang dan pada akhirnya akan mengancam kestabilan
ketahanan pangan di Indonesia.
Untuk mengurangi alih fungsi lahan yang lebih luas, pemerintah perlu
melakukan strategi dan kebijakan mengenai pengendalian konversi lahan pertanian. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian
dalam rangka menjaga ketahanan pangan di Indonesia adalah untuk meningkatkan produksi padi. Selain melakukan pengendalian alih fungsi lahan juga perlu dilakukan
intensifikasi pertanian melalui penerapan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi dan berwawasan lingkungan agar dapat meningkatkan budaya sains
dan teknologi pertanian di Indonesia.
Penggunaan lahan yang semakin meningkat oleh manusia, untuk tempat tinggal,
tempat melakukan usaha, pemenuhan akses umum dan fasilitas lain akan
menyebabkan lahan yang tersedia semakin menyempit, sehingga timbul penurunan
kualitas lingkungan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem, karena penggunaan
lahan yang tidak memperhatikan kemampuan lahan, daya dukung dan bentuk
peruntukannya.
Dampak yang lebih luas akan
mengakibatkan kerawanan pangan, perubahan sosial yang merugikan, menurunnya
kualitas lingkungan hidup terutama yang menyangkut sumbangan fungsi lahan
pertanian kepada konservasi tanah dan air untuk menjamin kehidupan masyarakat
dimasa depan.
Kenaikan Harga Bahan Pangan
Kemiskinan dewasa ini kian merumit.
Kemiskinan merupakan Masalah yang tak kunjung usai. Hal ini menjadi
kekhawatiran semua pihak bahwa masalah ini nantinya tidak akan ada pemecahan
solusinya. Apalagi akhir-akhir ini setelah naiknya harga bahan bakar minyak,
harga pangan pun ikut melunjak. Tingginya harga pangan mencekik para petani
yang ada di daerah Pacet Jawa Timur. Pasalnya, harga bahan pokok seperti kopi,
gula, minyak naik hingga 40%. Hal ini tentu berimbas pada semakin meningkatnya
alokasi uang untuk keperluan sehari-hari. Padahal, seperti yang dikatakan oleh
salah satu tamu dari acara Indonesia Lawyer Club pada bulan Juni tahun 2013
bahwa “petani Indonesia ialah petani yang paling berat tanggungannya. Hasil
panennya dihargai sangat murah, namun dengan biaya produksi yang sangat tinggi.
Melihat fenomena diatas, setelah penulis
mengadakan wawancara dengan salah seorang petani di daerah pacet. beliau
menuturkan bahwa kenaikan bahan pangan berimbas pula pada biaya konsumsi
sehari-hari, uang jajan anak pun juga ikut naik karena harga sembako yang naik.
Keresahan semacam ini kerap melanda mereka, apalagi bila sedang mengalami gagal
panen. Para petani itu harus pinjam uang
kesana-kemari untuk menutupi kebutuhan sembako keluarga mereka. Ketika ditanya
pendapat mereka tentang kenaikan harga pangan ini mereka hanya bisa meratapinya
dan menghadapinya dengan “gerudukan” yang penting bisa hidup. Namun itukah cara yang diambil? Jalan tanpa
memperhatikan risiko? Lalu, sampai kapan harus seperti itu terus?
Sebagai seorang yang berpendidikan, itu
bukanlah solusi. Solusi yang didapat harus memperhatikan menimbang baik-baik
risiko dan keuntungan. Tidak bisa mengandalkan mental “bondo nekat” salah satu
cara yang bisa diambil sebagai seorang “engineer” ialah terkadang kita tidak
dapat menghapuskan kenaikan, namun dalam menyiasati kebutuhan sehari-hari kita
dapat mengambil cara lain. Seperti penyediaan listrik, pacet merupakan daerah
dengan ketinggian yang cukup tinggi. Tentu disana tempat hulu dan air terjun.
Dengan menerapkan tenaga air, kita dapat memperoleh cukup sumber pasokan listrik. Dengan menggerakkan turbin dan
generator, kita dapat membangun sebuah pembangkit listrik. Daerah pacet
merupakan daerah dengan mata pencaharian sebagian berternak. Dengan kotoran
ternak, kita dapat menciptakan kompor biogas dari kotoran hewan ternak. Hal ini
tentu dapat menghemat kebutuhan untuk membeli elpiji atau bahkan minyak tanah
yang dewasa ini harganya kian tinggi.
Tentunya harus diperhatikan usia kita.
Usia kita sekarang rata-rata masih 18 tahun. Menginjak kehidupan perguruan tinggi
juga baru beberapa bulan. Ilmu yang kita peroleh tentu belum cukuplah untuk
memikirkan hal itu semua. Yang dapat kita perbuat ialah, belajar dengan tekun
dan giat untuk mewiujudkan cita-cita membantu kenaikan harga pangan seperti
yang telah dijabarkan diatas. Hal yang sangat realistis untuk bisa kita perbuat
ialah menolong mereka langsung kepada yang membutuhkan. Dengan cara menyisihkan
sedikit dari uang jajan untuk dibelikan sembako, dan membagi-bagikan kepada
mereka yang membutuhkan. Tapi sampai kapan kita menjadi seorang “sinterklas”
yang selalu membagi-bagikan? Solusi dini yang paling tepat ialah dengan adanya
pasar murah. Kita menyubsidi harga yang akan dibayarkan untuk mendapat sembako.
Namun itu semua disertai penyuluhan dan sosialisasi untuk memanfaatkan sembako
itu sebagai modal. Untuk berjualan dan
lain sebagainya. Impian itu semua berawal dari kemauan. Perjalanan ribuan mil
dimulai dari langkah pertama.
Hilangnya Kelimpahan Air Bersih
Indonesia merupakan
sebuah negara dengan sebagian besar wilayahnya berupa perairan. Indonesia sebenarnya
memiliki ketersediaan air bersih dalam jumlah yang banyak, bahkan lebih banyak
dari rata-rata ketersediaan air bersih dunia. Namun kenyataan yang ada
menunjukan bahwa di beberapa daerah masih memiliki permasalahan kelangkaan air
bersih. Akhir-akhir ini semakin marak diberitakan adanya kelangkaan air bersih.
Hal ini menjadi masalah yang harus segera ditangani dan ditindak lanjuti,
karena air bersih merupakan kebutuhan utama manusia yang diperlukannya
sehari-hari.
Berkurangnya air bersih
di Indonesia tentunya disebabkan oleh berbagai macam faktor. Pertama, pembuangan
limbah dan polusi ke perairan, baik sungai maupun laut, yang dapat menyebabkan
polusi air. Polusi air sendiri bukanlah hal yang mudah untuk diatasi, perlu
adanya berbagai macam proses untuk mengubahnya menjadi air bersih. Dan proses
ini pasti memerlukan waktu yang lama dan biaya yang besar untuk dilaksanakan. Oleh
karena itu, sudah semestinya masyarakat sadar untuk tidak melakukan pencemaran
air dengan limbah dan polusi apapun. Kedua, adanya ekploitasi air tanah yang
dilakukan secara besar-besaran oleh bangunan-bangunan yang ada. Hal ini juga
menyebabkan adanya penurunan permukaan tanah, sehingga menyebabkan terjadi
banjir. Dengan ditambah adanya banjir, maka
kelangkaan air bersih akan semakin meningkat di berbagai wilayah. Ketiga,
kurangnya penyaluran air bersih ke wilayah-wilayah tertentu. Sumber mata air
yang menghasilkan air bersih akan lebih sering dijumpai di wilayah-wilayah
dataran tinggi. Dengan demikian, maka dibutuhkan adanya penyaluran ke
wilayah-wilayah yang mengalami kelangkaan air bersih. Hal ini menjadi tugas dan
tanggung jawab yang penting bagi pemerintah untuk membuat suatu sistem yang
dapat digunakan untuk menyalurkan air bersih dari sumber mata air di dataran
tinggi ke wilayah-wilayah dataran rendah.
Menurut narasumber,
ketersediaan air bersih di daerah Pacet Mojokerto sudah tercukupi karena daerah
ini berada di dataran tinggi dengan banyak sumber mata air bersih. Hal ini
merupakan hasil dari swadaya masyarakat Pacet yang membuat sistem penyaluran air
bersih dari sumber mata air yang ada ke rumah-rumah penduduk. Peran pemerintah
disini dirasa kurang cukup untuk membantu swadaya tersebut. Pemerintah hanya
sekedar memberikan bahan-bahannya saja seperti pipa, tandon, dan lain-lain,
namun tidak ikut serta dalam pengerjaan penyaluran air bersih tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa kepedulian dan peran serta pemerintah dalam hal kelangkaan
air bersih belum optimal. Oleh karena itu, seharusnya ada kesadaran dari
pemerintah untuk mengatasi permasalahan kelangkaan air bersih ini sehingga ada
tindakan nyata dari pemerintah untuk merencanakan dan menjalankan sistem
pengelolaan dan penyaluran air bersih.
Berdasarkan wawancara
dan fakta yang ada, kelangkaan air bersih perlu segera diatasi. Kesadaran dari
semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, menjadi hal utama yang
diperlukan. Pemerintah perlu sadar untuk mengatasi permasalahan ini secara
serius dan mengupayakan untuk mengatasinya secara tepat. Masyarakat perlu sadar
untuk tidak melakukan pencemaran air, baik melalui limbah pabrik-pabrik
industri maupun hal sederhana seperti membuang sampah ke sungai. Bukan hanya
sadar, melainkan perlu adanya tindakan nyata untuk mengatasi permasalahan
kelangkaan air bersih. Tindakan yang dapat dilakukan adalah seperti pengurangi
pembuangan limbah ke perairan, pengontrol pemanfaatan air tanah, penyaluran air
bersih secara merata, dan lain-lain. Dengan begitu, diharapkan kelangkaan air
bersih dapat teratasi di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar